POLA TATA RUANG BANGUNAN, RUMAH-RUMAH DAN FUNGSI DI DESA ADAT PENGOTAN KABUPATEN BANGLI [Building Spatial Pattern, Houses and Functions in Pengotan Village, Bangli Regency]

Main Article Content

Yusmaini Eriawati

Abstract

In some researchs of settlement archeology in Indonesia, such as the Trowulan site in Mojokerto or Liangan site in Temanggung, until now still not much gained an overview of significant regarding the spatial pattern layout of the building, as well as the shape of the building houses in the two these sites. Whereas This paper describes an overview of how the spatial pattern of settlements, especially the spatial patterns of the building, the shape of the houses and their functions in Desa Adat Pengotan, Bali. Traditional Village Pengotan chosen because this village has unique characteristics that differ from other indigenous villages in the district of Bangli, Bali Province. The method applied is ethnoarchaeology studies, through a general comparative approach to the methods and techniques of work through the interview, descriptive and interpretative. The results of research in the form of images and spatial models of settlements, especially the spatial patterns associated with building houses or other buildings that are interconnected, along with the form and function of use and wear, both profane and sacred of Desa Adat Pengotan in Bali. These results that can later be used as we examine the comparability of the archaeological sites of settlements.

 

 

ABSTRAK

Pada beberapa penelitian arkeologi permukiman (settlement archaeology) di Indonesia, seperti Situs Trowulan di Mojokerto atau Situs Liangan di Temanggung, hingga saat ini masih belum banyak diperoleh gambaran yang signifikan mengenai pola tata ruang, tata letak bangunan, serta bentuk bangunan rumah yang berada di kedua situs tersebut. Tulisan ini memaparkan gambaran bagaimana pola tata ruang permukiman, terutama pola tata ruang bangunan, bentuk rumah-rumah beserta fungsinya di Desa Adat Pengotan, Bali. Dipilihnya Desa Adat Pengotan dikarenakan desa ini memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan desa-desa adat lainnya di wilayah Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Adapun metode yang diterapkan adalah studi etnoarkeologi, melalui pendekatan general comparative dengan metode dan tehnik kerja melalui wawancara, deskriptif dan interpretatif. Hasil penelitian berupa gambaran dan model tata ruang permukiman, terutama pola tata ruang yang berkaitan dengan bangunan rumah atau bangunan lainnya yang saling berhubungan, berserta bentuk dan fungsi guna dan pakai, baik bersifat profan maupun sakral dari Desa Adat Pengotan di Bali. Hasil ini yang nantinya dapat digunakan sebagai data banding dalam kita meneliti situs-situs arkeologi permukiman.

Article Details

How to Cite
Eriawati, Y. (2018). POLA TATA RUANG BANGUNAN, RUMAH-RUMAH DAN FUNGSI DI DESA ADAT PENGOTAN KABUPATEN BANGLI [Building Spatial Pattern, Houses and Functions in Pengotan Village, Bangli Regency]. Jurnal Penelitian Arkeologi Papua Dan Papua Barat, 9(1), 85-107. https://doi.org/10.24832/papua.v9i1.209
Section
Articles

References

Champion. 1980. A Dictionary of Terms and Techniques in Archaeology. London: Phaidon.

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2008. Arsitektur Rumah Tradisional Bali Berdasarkan Asta Kosala-kosali. Denpasar: Udayana University Press.

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2009. Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuno. Denpasar: Udayana University Press. Eriawati, Yusmaini. 1998/1999. “Pola Pemukiman Tradisional Suku Baduy Dalam dan Kampung Suku Naga”, Majalah Kebudayaan No 15. Thn VIII 1988/1999. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Hlm. 53 – 64.

Eriawati, Yusmaini. dkk., 2013. ”Pola Tata Ruang Kota Majapahit di Situs Trowulan Mojokerto, Jawa Timur Tahap VII: Penelitian Struktur Bangunan di Sentonorejo III dan VI (Studi Pemukiman Skala: Mikro dan Semi Mikro)”, Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Puslitbang Arkenas.

Fagan, Brian M. 1981. In The Beginning: An Introduction in Archaeology. Boston: Little House.

Gelebet, I Nyoman, dkk. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hall, Edward T. 1969. The Hidden Dimention. New York: Anchor Book Doubleday & Company Inc.

Mundardjito. 1981. “Etnoarkeologi: Peranannya dalam Pengembangan Arkeologi di Indonesia”, dalam Majalah Arkeologi, No. 1-2, Th. IV, Hlm. 15-29

Parimin, Ardi P. 1986. “Fundamental Study on Spatial Formation of Island Village: Environmental Hierarchy of Sacred-Profane Concept in Bali”. Disertasi. Japan: Osaka University.

Permana. R. Cecep Eka. 2006. Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Satra.

Rapoport, Amos. 1969. House Form and Culture. Milwaukee: University of Winconsin.

Riyanto, Sugeng. 2014. “Menggali Peradaban Mataram Kuno di Liangan Tahap Demi Tahap”, dalam Novida Abbas (ed.), Liangan: Mozaik Peradaban Mataram Kuno di Lereng Sindoro. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. Hlm. 31 – 106.

Schiffer, Michael B. Behavioral Archaeology. New York: Academic Press

Tanudirjo, Daud Aris. 1987. Penerapan Etnoarkeologi di Indonesia, Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.

Turan, M. 1990 (ed.). Vernascular Architecture-Paradigms of Environmental Response. London: Averbury, Gower Publishing Company, Ltd.

Willey, GR. 1956 (ed.). Prehistoric Settlement in New World. New York: Viking Fund, Num. 23.